Jangan Pelit Mohon Di Sebarluaskan! Demi Kebaikan Bersama! Waspada Campak dan Rubella, Monster Pembunuh yang Ganas Pada Anak, Inilah Kisah Pilu Penderitaan Bayi Iftiyah akibat Terkena Virus Rubella.

Awal Februari tempo hari, Iftiyah genap berumur tujuh bulan. Dia yaitu gadis mungil yang ceria serta sehat, setidaknya tidak sempat menunjukkan rasa sakit dengan tangisan karena penyakit yang dideritanya.
Walau sebenarnya, matanya mesti di operasi karna katarak. Telinganya tidak dapat mendengar. Belum juga beberapa selang tertanam di badannya untuk menolong pernafasan.

Iftiyah yaitu anak ke-2 pasangan suami istri Ratih serta Kesuma Ramadhan. Lahir di RS Bunda Thamrin Medan dengan berat 1, 7 kg, bayi Iftiyah masuk kelompok berat tubuh lahir rendah (BBLR). Mengakibatkan, badan mungilnya mesti ada di ruangan inkubator selama satu minggu. Kemudian, dia dibawa pulang dengan keinginan tumbuh dengan berat tubuh normal seperti bayi yang lain.

" Awalannya kami lihat ada yang beda di matanya. Kami juga mendatangi RSUD dr Pirngadi. Sesudah di check, dokter menyebutkan katarak kongenital serta mesti di operasi. Penglihatannya dapat diselamatkan namun dengan menanamkan lensa, " kata Ratih, Jumat (3/2/2017).

Sebelumnya operasi pengangkatan katarak, Iftiyah melakukan rangkaian kontrol medis, diantaranya check darah, jantung serta rontgen paru-paru. Akhirnya, dokter temukan ada kelainan beda.

Iftiyah terkena bronco pneumoni. Dokter spesialis jantung juga mencurigai ada virus toxo dan rubella yang menyerang Iftiyah mulai sejak didalam kandungan. Analisa dokter ini tunda proses operasi katarak selama satu minggu.

Tidak hingga di situ, Iftiyah mesti melakukan rangkaian aksi medis karna suhu badannya naik turun, bahkan juga pernah dirawat inap selama tiga hari karena infeksi pada darahnya.

Dokter merekomendasikan Iftiyah dirujuk ke RSUP H Adam Malik untuk kontrol selanjutnya berkaitan tanda-tanda ada virus toxo serta rubella yang menyerang beberapa organ badannya.

Hari pertama dirumah sakit itu, dilakukanlah pengambilan sampel darah. Sembari menanti hasil check laboratorium, besoknya kontrol dilanjutkan di ruangan echo jantung.

" Akhirnya, ada kelainan di jantungnya. Ada lubang kecil diluar jantung, orang katakan jantung bocor. Besoknya sekali lagi, hasil kontrol THT, dokter katakan ada problem pada telinga. Belum juga dapat meyakinkan sisi saraf mana yang terganggu, cuma bila masih tetap ada sisa pendengaran, juga akan memakai alat. Bila tak ada, mesti operasi lewat pemasangan implant, " kata Ratih dengan muka sedih.

Selasa, 27 Desember 2016 hasil lab kontrol virus TORCH positif menyebutkan anaknya terinfeksi virus rubella mulai sejak dalam kandungan. Dokter menerangkan, virus yang ada pada darah itu sekarang ini telah jadi antibodi.

" Semua telah aman, tinggal mengatur apa yang telah dirusak rubella saja. Namun anak kami perlu alat bantu dengar, BPJS cuma memikul Rp 1 juta, sesaat harga nya sekitaran Rp 20 juta lebih untuk dua unit. Kami masih tetap mencari alat bantu dengar dahulu, agar dapat therapy sembari persiapan operasi jantungnya, " ucap Ratih.

Ratih lalu membagikan cerita penderitaan anaknya di sosial media Facebook. Dia bercerita awal kehamilannya sampai kelahiran Iftiyah. Maksudnnya supaya beberapa ibu ambil pelajaran serta memperoleh pengetahuan.

" Alhamdulillah banyak yang tanggapan, beberapa rekanan jurnalis pada datang, ibu serta ayah datang kesini, " ucapnya suka walaupun raut sedih tidak dapat ditutupinya.

Ditengok istri gubernur

Kabar berita mengenai nasib Iftiyah mengundang empati Evi Diana Sitorus, istri Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi. Dia mendatangi tempat tinggal Iftiyah di Jalan Sei Kapuas Nomor 9B, Medan.

Dengan mata berkaca-kaca, Evi menggendong serta memeluk Iftiyah. Dia percaya, tidak mudah untuk Iftiyah serta ke-2 orangtuanya melalui hari-hari dengan sabar. Evi yakin kalau tentu ada jalan terbaik untuk semuanya masalah.

“Kami bantu pemasangan alat bantu dengar untuk Iftiyah, ini sedikit perhatian kami dari pemerintah untuk kesembuhannya. Semoga diangkat penyakitnya oleh Allah, nantinya jadi anak solehah, ” kata Evi.

Ratih dan keluarga begitu berterima kasih pada Evi. Dia mengharapkan pemerintah pro aktif menyosialisasikan bahaya serta mencegah virus ini. Terutama yaitu terdapatnya vaksin rubella ini.

" Sosialisasikan ke ibu-ibu hamil. Jangan pernah seperti saya yang tidak paham ini, tidak sempat kenal serta dengar apakah itu virus rubella, hingga pada akhirnya begini. Jangan pernah ada ibu hamil alami seperti saya, beresiko ke bayinya, " tutur Ratih.

Ketua Komunitas Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Ramdeswati Pohan yang ada di waktu berbarengan menyebutkan, pihaknya suka Pemerintah Propinsi Sumatera Utara merespons cepat kondisi ini.

" Semoga Iftiyah selekasnya dapat mendengar dengan alat bantu dengarnya. Kami minta, yang akan datang sosialisasi mengenai virus ini lebih maksimum. Supaya semuanya dapat mewaspadainya, " harapnya.

Vaksin belum juga tersedia

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Agus Tama mengaku sampai kini belumlah ada laporan masalah rubella. Dia merekomendasikan supaya beberapa ibu hamil senantiasa berkonsultasi dengan bidan serta dokter di puskesmas.

" Bila menyerang orang dewasa tidak jadi masalah, bila menyerang ibu hamil juga akan beresiko. Kami juga akan bantu serta mengacu Iftiyah ke RS Murni Teguh. Apa yang dibutuhkan Iftiyah kelak kita sediakan, " janji Agus.

Agus menyebutkan, hingga hari ini vaksin virus rubella belum juga ada.

" Baru juga akan ada th. depan, semoga th. depan telah ada vaksinnya, " katanya.

Disamping itu, dr Adlin Adnan Sp THT menyebutkan, rubella atau campak Jerman masuk type penyakit grup Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus atau CMV serta Herpes simpleks (TORCH).

Virus ini menyebabkan fatal untuk perkembangan dan kehidupan janin. Janin juga akan terancam menanggung derita kelainan jantung, kehilangan pendengaran, retardasi mental, kelainan bentuk serta peranan mata, katarak, hidrosifalus, masalah pada beberapa organ seperti jantung, paru-paru serta limpa, lahir dengan BBLR, hepatitis, radang selaput otak, serta yang lain.

Umumnya ibu hamil tidak rasakan tanda apapun. Umumnya cuma demam ringan, pusing, flu, mata merah serta nyeri pada persendian. Hingga sekarang ini, belumlah ada cara mengobatinya, tetapi dapat diantisipasi lewat vaksin MMR.

" Aksi preventif mesti digalakkan pemerintah. Virus ini dampaknya untuk anak begitu fatal, kasihan bila hingga menyerang ibu hamil, " katanya.

Kepala Bagian Penanggulangan Problem Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumut, Hikmed menyebutkan, pada 2018 kelak Sumatera Utara juga akan lakukan kampanye masalah pencegan virus rubella. Sesaat pada 2017 ini kampaye sedang berjalan di pulau Jawa.

World Health Organization (WHO) menyebutkan, mesti dilakukan mencegah massal dengan vaksin pada virus rubella. Perempuan yang ingin menikah atau hamil divaksin minimum satu bulan sebelumnya kehamilan. Vaksin harus juga dilakukan pada anak berumur 12 hingga 15 bulan.

Saat ini step sosialisasi dan penyuluhan ke kabupaten serta kota supaya melakukan kampanye dengan pada 2018 kelak. Pemerintah diinginkan buat biaya kampanye lewat APBD atau Pertolongan Operasional Kesehatan (BOK).

Kabupaten/kota harus juga mempersiapkan data anak umur 12 hingga 15 bulan dan ibu yang ingin berumah tangga. Vaksinasi massal di Indonesia dilakukan dengan saat berlainan, untuk Jawa pada 2017 ini.

" Bila pernah ibu menanggung derita virus rubella, anak yang dilahirkan dapat cacat. Imunisasi massal hindari terjadinya congenital rubella syndrom. Vaksinnya telah di buat untuk campak dan rubella. Masalah rubella berada di Indonesia, namun tidak di ketahui, baru di ketahui sesudah anak dilahirkan, " ungkap Hikmed.

Bila telah divaksin, lanjut dia, bayi yang lahir cacat bermakna bukanlah karna rubella. Beberapa ciri rubella dapat diliat dengan terdapatnya ruam warna merah muda ciri khas. Dimulai bintik-bintik yang dapat gatal, menebar mulai belakang telinga, kepala, leher, lalu sisi badan beda. Ruam umumnya berjalan hingga satu minggu.

Tanda yang lain yaitu pembengkakan kelenjar getah bening di sekitaran telinga dan belakang kepala, tubuh panas dan menggigil.

" Virus rubella bisa menyebar dari orang yang terinfeksi batuk atau bersin, menebar lewat kontak segera dengan sekret pernafasan orang yang terinfeksi, seperti lendir atau ingus. Mencegah awal yaitu melindungi kebersihan serta mengaplikasikan gaya hidup bersih dan sehat, " tegasnya.


Sumber : www. regional. kompas. com

Subscribe to receive free email updates: